Bra yang memiliki kawat di bagian bawahnya memang dapat menyokong penampilan payudara dengan lebih baik. Payudara jadi naik dan tampak lebih berisi. Namun, kemudian muncul anggapan bahwa bra berkawat dapat menyebabkan kanker payudara.
Kabar menghebohkan itu muncul sekitar tahun 1995, dari hasil penelitian Sidney Ross Singer dan Soma Grismaijer di Amerika Serikat, terhadap 4.700 perempuan. Dalam buku Dressed to Kill, kedua ilmuwan itu menyatakan, pemakaian bra berkaitan dengan kejadian kanker payudara.
Kepala bagian epidemiologi reproduktif dan hormonal National Cancer Institute, Louise Brinton, menyatakan bahwa pendapat tersebut tidak masuk akal. Selama 30 tahun melakukan riset di bidang kanker, ia masih mendapati bahwa hal paling umum untuk terjadinya kanker berkaitan dengan kadar hormon endogen.
"Memang belum ada penelitian ilmiah tentang kaitan bra berkawat maupun kebiasaan tidur memakai bra, dengan kejadian kanker payudara,jadi jangan khawatir," ungkap Dr. Adityawati Ganggaiswari, MBiomed, dari Yayasan Kanker Indonesia, saat dihubungi GHS.
Terlalu Mengikat
Meski kemudian banyak ahli lain menyatakan hasil penelitian itu tidak benar, sampai sekarang masih banyak perempuan yang khawatir memakai bra berkawat. Selain dikaitkan dengan risiko kanker payudara yang belum terbukti benar itu, bra berkawat juga bisa menimbulkan keluhan lain jika memakainya tidak pas di badan atau kelewat ketat mengikat bagian dada.
Bra yang terlalu kencang menurut studi oleh the British School of Osteopathy dapat menekan tulang dan otot, sehingga membuat kita sulit bernapas. Bra khusus untuk olah raga juga bisa menimbulkan kesulitan bernapas jika digunakan berlebihan atau ketika tidak sedang berolah raga. Itu karena sport bra memang dirancang khusus lebih ketat daripada bra biasa, untuk menopang payudara tetap berada di tempatnya saat mengolah tubuh.
Gangguan buang air besar dan sembelit juga bisa terjadi, jika kita terlalu ketat mengenakan bra sehingga menekan tulang iga.
Jika bra yang terlalu kencang mengikat tubuh, bisa pula menyebabkan kulit terluka, terutama akibat kait pada tali di belakang.
Bagi yang berdada besar, pemakaian bra yang ketat dapat menimbulkan masalah di area otot-otot pektoral di dada. Si pengguna pun bisa merasakan seperti tertusuk atau terjepit di daerah itu, dan bisa terjadi gangguan sirkulasi hingga rusaknya jaringan pada payudara.
Tak sedikit perempuan yang sengaja mengenakan bra begitu ketat, supaya payudaranya terangkat dan kelihatan lebih kencang dan indah. Kebiasaan ini membuat otot-otot trapezius yang menghubungkan leher dan bahu akan tertekan kuat, sehingga bisa menghasilkan nyeri pada bahu, leher, serta punggung.
Studi yang dilakukan Dr. Edward Ryan, seperti ditulis dalam Medical Journal of Australia menemukan kaitan antara nyeri punggung dan pemakaian bra yang terlalu kencang. Dalam percobaan dua minggu, para perempuan yang mengeluhkan nyeri punggung dianjurkan tidak mengenakan bra dulu atau menggantinya dengan bra tanpa tali (strapless). Hasilnya, 79 persen pasien merasakan nyeri itu hilang.
Tak hanya bra berkawat, bagi mereka yang berdada rata dan senang memilih mangkuk bra berisi busa tebal untuk menampilkan ilusi "dada besar" juga mesti hati-hati. Tebalnya busa itu membuat kulit payudara tak bisa bernapas, sehingga lebih mudah teriritasi atau mengalami gangguan lain.
Jadi, bra berkawat sebetulnya tetap aman bila pas dan nyaman di tubuh. Jangan terlalu mengetatkannya karena payudara dan otot-otot di tubuh kita malah akan tersiksa.
__________________
Tidak ada komentar:
Posting Komentar