kamp Victoria (Baghdad)
Di kamp Victoria (Baghdad) dan sejenisnya di seantero Irak, generator terus beroperasi untuk memberi tenaga listrik pada mesin pendingin ruangan (AC) dan koneksi internet, seperti halnya mereka bisa menikmati mandi air panas ketika musim dingin dan minuman air botol dingin ketika musim panas.
Kehidupan sehari-hari anggota pasukan AS dan para stafnya di dalam kamp militer itu jangan coba dibandingkan dengan kehidupan kontras di luar kamp militer AS itu.
Di luar kamp militer AS, ada wujud Irak hakiki yang karut-marut. Kehidupan di luar kamp militer itu, penduduk hidup sebagai bangsa yang terjerat lingkaran perang yang tak berkesudahan. Banyak dari mereka menghadapi tragedi.
Di balik kehancuran dinding kehidupan itu, sebanyak 50.000 pasukan AS di Irak bekerja nyaris tanpa istirahat. Sebagian besar pasukan tempur AS telah ditarik dari Irak, awal September lalu, dan sisanya akan ditarik pada akhir tahun 2011.
Di luar kamp-kamp militer itu, Pemerintah Irak hanya mampu memberi listrik untuk penerangan satu jam sehari. Air yang dapat diminum pun sudah sangat tercemar.
Para pasukan AS sering tidak peka terhadap kenyataan kontras di luar kamp mereka. Seorang pegawai di kamp Victoria, pekan lalu, yang berada di Baghdad sejak dua bulan lalu, tidak tahu kalau berlaku jam malam di Baghdad sejak pertengahan malam hingga pukul 05.00.
Di Baghdad, diberlakukan jam malam sejak invasi AS pada tahun 2003. Namun, belakangan jam malam diperpendek seiring dengan membaiknya situasi keamanan. Setiap orang di Irak pasti memiliki anggota keluarga atau teman yang tewas atau luka-luka. Terakhir ini muncul banyak berita tentang aksi penyanderaan oleh sindikat untuk mencari uang tebusan.
Menembak gadis cilik
Ada sebuah cerita mengerikan dalam dokumen rahasia yang dirilis Wikileaks itu. Alkisah seorang serdadu AS membunyikan klakson mobil patrolinya untuk mengingatkan sebuah kendaraan tak dikenal yang dianggap terlalu dekat dengan mobil patroli AS itu. Ketika gagal menggertak kendaraan tak dikenal itu, lalu dilepas tembakan peringatan. Ternyata tembakan peringatan itu mengenai gadis cilik berusia sembilan tahun. Hampir 400.000 dokumen rahasia yang dirilis situs Wikileaks itu sejak 2004 hingga Januari 2010 mengungkapkan tewasnya warga sipil dan anak kecil dalam jumlah besar.
Di sebuah kamp besar militer AS di luar kota Basra, Irak selatan, Sersan Staf Chanelsherie DeMello mengatakan selalu mencari kesempatan bisa keluar dari kamp militer, termasuk mengatur sebuah perjalanan beberapa pekan lalu ke sebuah desa. ”Saya pernah datang ke sebuah rumah di Irak dan menemukan seorang wanita sederhana menanggalkan cincinnya dan memasangnya ke dalam jari saya. Warga Irak tampak merupakan warga yang hangat,” ujar DeMello.
Seorang pejabat AS yang mendapat tugas di Irak sejak beberapa bulan lalu mengaku terkejut melihat di jalan-jalan tol di negara kaya minyak itu terdapat banyak pos-pos pemeriksaan. Warga Irak ketika melakukan perjalanan menghadapi kenyataan sehari-hari, yaitu harus sering berhenti di tengah jalan di pos-pos pemeriksaan itu untuk menunjukkan kartu identitasnya setiap beberapa kilometer.
Semula pasukan AS sendiri yang melakukan kontrol sehari-hari di pos-pos pemeriksaan itu. Namun, sejak pertengahan tahun 2009, pasukan AS mulai lebih banyak berada di kamp-kamp militer mereka dengan mengurangi kehadiran langsung di jalan-jalan raya dan menyerahkan urusan kontrol di pos-pos pemeriksaan kepada aparat keamanan Irak.
Militer AS telah membayar harga mahal di Irak dengan jatuh korban tewas 4.000 personel pasukan dan 32.000 lainnya luka-luka sejak invasi tahun 2003.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar