Photobucket Photobucket Photobucket Photobucket Photobucket Photobucket Photobucket

Senin, 23 Mei 2011

Jejak Dosa Nazaruddin dan Cermin Bobroknya Politik

 Nazaruddin Cermin Bobroknya Politik

Muda pesta pora, tua tidak sia-sia, mati masuk surga. Barangkali ungkapan itu cocok untuk menggambarkan Bendahara Umum Partai Demokrat (PD) Muhammad Nazaruddin.

Bagaimana tidak? Usianya baru 33 tahun, tetapi sudah memegang uang miliaran rupiah. Sebagai petinggi partai, tentu perannya sangat besar dalam menjayakan PD. Ke depan pengaruh politiknya sangat kuat. Kelak, tidak mungkin hidupnya sia-sia. Karena jasa-jasanya kepada partai, juga kepada bangsa dan negara, kalau mati pasti menuju jalan surga.

Demikian kira-kira gambaran Nazaruddin yang disampaikan oleh orang-orang di sekitarnya, yang kebanyakan juga berusia muda. Nazaruddin adalah sosok hebat, berpengaruh, dan tidak segan berbagi rezeki kepada kawan maupun lawannya. Sehingga siapapun yang dekat dengannya tidak membayangkan bahwa Nazaruddin akan menghadapi situasi sulit seperti saat ini.

Begitu namanya disebut-sebut tersangkut kasus suap pembangunan Wisma Atlet untuk SEA Games XXVI di Jakabaring, Palembang, Sumatera Selatan, pembelaan datang bertubi-tubi. Tidak saja oleh para politisi di lingkungan DPR maupun PD, tetapi juga oleh wartawan yang dekat dengannya. Bahkan wartawan tersebut tidak malu-malu menebar ancaman kepada kawan-kawannya yang menulis berita tentang Nazaruddin.

Ketika Dewan Kehormatan PD yang dipimpin oleh SBY mengindikasikan adanya pelanggaran serius terhadap ketentuan partai, sejumlah politisi PD menganggap angin lalu. Hasil kerja tim investigasi yang dibentuk politisi PD pun menunjukkan hasil yang sebaliknya: tidak ada indikasi Nazaruddin terlibat kasus suap Wisma Atlet.

Ketika pekan lalu Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Mahfud MD melaporkan secara lisan–menyusul laporan tertulis yang disampaikan sebelumnya– tentang pemberian uang oleh Nazaruddin kepada Sekjen MK Janedjri M Gaffar, kepada SBY di Istana, lagi-lagi kolega Nazaruddin berkeras membelanya.

Mereka menuduh Mahfud mencari popularitas. "Mahfud ingin menjadi calon presiden," kata Juru Bicara PD Ruhut Sitompul. Mereka juga meminta kepada Dewan Kehormatan agar tidak mengeluarkan pernyataan yang memecah belah partai. Padahal SBY bilang, "Ini sebagai sesuatu yang tidak remeh".

Alih-alih bertindak cepat untuk merespons kesimpulan Dewan Kehormatan dan kegeraman SBY, Ketua Umum PD Anas Urbaningrum justru bersikap seolah-olah masalah yang membelit Nazaruddin bukan masalah besar yang harus segera diselesaikan. "Biar proses hukum yang menyelesaikannya," kata Anas.

Pembelaan tiada henti dari para politisi PD dan orang-orang dekatnya –di tengah kemarahan SBY dan para pendiri PD– menunjukkan bahwa Nazaruddin memang bukan politisi sembarangan, meskipun usianya baru 33 tahun, meskipun baru dalam Munas PD di Bandung tahun lalu, dia diangkat jadi bendahara partai.

Sebelum itu, nama Nazaruddin tidak dikenal. Pada saat Munas PD namanya sempat muncul gara-gara diduga kasus pelecehan seksual. Namun polisi segera memadamkan kasusnya. Penunjukannya sebagai bendahara partai pun menimbulkan tanda tanya di lingkungan PD.

Maklum, sebelum ditunjuk sebagai bendahara partai, Nazaruddin bukan siapa-siapa. Jamaknya para pengurus partai mempunyai latar belakang aktivitas politik atau keormasan pada zaman mahasiswa. Tetapi hal itu juga tidak tergambar jelas pada sosok Nazaruddin.

Hanya saja orang-orang PD membisikkan, dia adalah salah satu figur penting di balik kemenangan Anas dalam perebutan kursi ketua umum partai. Dia adalah penggalang dana yang hebat, sehingga membuat kampanye pemenangan Anas berjalan lancar. Sukses mengalahkan Andi Mallarengeng dan Marzuki Alie yang juga didukung dana kuat.

Apa yang terjadi pada Nazaruddin sesungguhnya mencerminkan dunia politik kita. Ingat, 65% anggota DPR hasil Pemilu 2009 adalah orang-orang baru, yang sebelumnya tidak pernah menjadi anggota DPR/DPRD. Mereka berusia muda, bependidikan S-2, dan berlatar pengusaha. Kecuali berprofesi artis, tidak banyak diketahui sepak terjangnya sebelum menjadi anggota Dewan.

Bermodal dana yang tidak sedikit, mereka bertarung memperebutkan kursi parlemen. Dana yang dimilikinya tidak hanya digunakan untuk meningkatkan citra diri, tetapi juga untuk membeli suara, baik beli langsung dari pemilik suara, maupun beli melalui petugas penghitung suara. Ini adalah praktek biasa yang sudah diketahui sesama politisi.

Jadi, bisa dimengerti apabila dunia politik di Senayan diwarnai oleh transaksi politik oleh para anggotanya. Partai tidak bisa mencegah: di satu pihak, mereka juga membutuhkan sokongan dana dari mereka; di lain pihak, mereka juga tidak bisa menutup mata bahwa para anggotanya juga harus mengembalikan utang yang telah dibayarkan untuk memenangkan pemilu.

Jika 65% anggota DPR terdiri atas orang-orang muda, yang sebagian besar tidak jelas latar belakangnya – bahkan mengaku pengusaha, tetapi tidak jelas bisnisnya– maka bisa dibayangkan, apa yang terjadi dengan aktivitas politik di sana. Nazaruddin hanya salah satu dari mereka yang kebetulan sedang bernasib sial. Yang lain sedang menunggu.





Jejak Dosa Nazaruddin (2)
Membela Diri, Nazaruddin Ancam Anas & Gelontorkan US$ 5 Juta?  





Sekretaris DK PD Amir Syamsuddin menyodorkan surat itu kepada Nazar di ruangan Anas Urbaningrum, di kantor DPP PD, Jalan Kramat, Jakarta Pusat, Jumat, 13 Mei lalu. Anas saat itu juga ada di ruangannya. "Namun Nazar menolak opsi itu," jelas sumber detikcom yang mengaku melihat langsung surat tersebut. Tapi kabar soal opsi ini dibantah Nazar.

Posisi Nazar kini memang berada di ujung tanduk. Namanya dikaitkan dengan setumpuk 'dosa'. Mulai dari kasus suap terhadap Sekretaris Kementerian Pemuda dan Olahraga Wafid Muharam hingga terakhir terungkap memberi uang 120 ribu dollar Singapura kepada Sekjen MK Janedjri M Gaffar.

Presiden SBY yang juga Ketua Dewan Pembina PD menyatakan kasus pemberian uang itu bukan perkara yang remeh. Dewan Kehormatan akan menentukan nasib Nazar di DPP PD, Senin (23/5/2011) malam ini. "Malam ini, pukul 20.00 WIB, akan ada pengumuman sangat penting," kata Amir.

Nama Nazar kini mendadak terkenal. Padahal sebelum kasus Wisma Atlet terbongkar, ia nyaris bukan siapa-siapa. Ia tidak begitu dikenal publik karena belum pernah terdengar komentarnya terkait jabatannya sebagai politisi PD ataupun sebagai anggota DPR.

Mencermati karier politik Nazar kita akan dibuat tercengang. Ia masih begitu muda, ia kelahiran 1978 alias baru 33 tahun. Tapi siapa sangka kariernya di PD begitu cepat meroket. Bagaimana Nazaruddin memulai jaring politiknya?

Sebelum masuk PD sebenarnya Nazar sempat berkiprah di PPP. Di partai berlambang Kabah itu Nazar sempat tercatat sebagai caleg nomor urut 2 Dapil Riau dari PPP saat Pemilu 2004. "Iya tahun 2004, dia menjadi caleg PPP untuk Dapil Riau. Tapi tidak terpilih," ujar Wakil Sekjen DPP PPP Muhamad Romahurmuzy.

Gagal terpilih menjadi anggota DPR dari PPP, Nazar lantas melompat ke PD. Muncul dugaan, karena dekat dengan Ketua Umum PD Anas Urbaningrum, Nazar masuk PD lewat Anas. Ia diduga merupakan jaringan Anas lewat HMI. Tapi ternyata Nazar bukan anggota HMI. "Dia tidak pernah jadi anggota HMI," kata Ketua Umum PB HMI M Chozin Amirullah.

Ternyata Nazar masuk PD lewat Wakil Ketua Umum PD Jhonny Allen Marbun. Menurut aktivis PD Sumatera Utara Daniel Sinambela, Nazar mulai masuk PD pada 2007. Saat itu Jhonny Allen menjadi anggota DPR dari PD.

Saat ini nama Jhonny Allen sering dikaitkan dengan kasus dalam proyek dana stimulus untuk infrastruktur perhubungan di kawasan timur Indonesia. Namun hingga kini KPK belum menetapkan Jhonny sebagai tersangka. Kasus inilah yang memicu KPK dituding telah tebang pilih.

"Nazar itu orang kepercayaan Jhonny Allen. Saat itu banyak usaha yang dijalankan Jhonny dipercayakan ke Nazar. Bisa dibilang Nazar itu tangan kanannya Jhonny Allen," ungkap Daniel yang sempat bekerja sama dengan Nazar dalam proyek pengadaan batu bara untuk PT PLN. Tapi keduanya belakangan pecah kongsi sampai beperkara di polisi. Daniel kini mendekam di LP Cipinang gara-gara laporan Nazar.

Kedekatan dengan Jhonny membuat Nazar kemudian dikenal sejumlah petinggi PD, seperti Sutan Baathoegana, Ruhut Sitompul, serta Anas. Nazar pun lantas maju sebagai caleg dari Jawa Timur IV dan terpilih menjadi anggota DPR periode 2009-2014.

Menjadi anggota DPR membuat jaringan Nazar makin melebar. Apalagi dia dikenal sebagai orang yang royal. Bahkan saat menjadi salah satu tim sukses Anas Urbamingrum di Kongres ke II, Nazar merupakan salah satu pendukung yang mengeluarkan banyak uang.

Peran Nazar yang cukup besar dalam mengawal Anas di kongres pun berbuah manis. Begitu Anas terpilih sebagai Ketua Umum PD, Nazar kemudian ditempatkan sebagai Bendahara Umum. Sementara Jhonni Allen duduk sebagai Wakil Ketua Umum.

"Sejak itulah hubungan Anas dan Nazar semakin dekat. Bahkan yang saya dengar Anas dan Nazar sempat bikin usaha bersama," ujar Daniel kepada detikcom.

Kini saat Nazar terlilit banyak kasus, sejumlah politisi PD di DPR pasang badan untuk melindunginya. Bahkan beberapa anggota DPR dari PD balik menyerang pihak-pihak yang mengkritik Nazar.

Sementara Anas sebagai ketua umum PD pun tidak berkutik menghadapi Nazar karena tersandera utang politik. Nazar dengan berani bahkan balik mengancam Anas."Elo masih make gue apa nggak? Tapi kalau gue akhirnya keseret gue nggak bakal sendiri," ungkap sumber yang dekat dengan Nazar menirukan ancaman bendum PD itu.

Soal mengancam membongkar borok PD, Nazar telah membantahnya."Mana mungkin saya mengancam-ngancam, nggak ada seperti itu," tepis Nazaruddin.

Nazar sendiri tidak mau menyerah meski dililit banyak kasus. Ia dikabarkan mengeluarkan US$ 5 juta agar kasusnya tidak meledak. Menurut sumber yang dekat dengan Nazar itu, uang itu disebar untuk politisi, polisi dan media massa. Tapi kasus itu tidak bisa terbendung. "Nazar sekarang sedang kesal," kata si sumber. Soal uang US$ 5 juta, Nazar belum bisa dikonfirmasi. Nazar masih belum mau bicara.







Gaya Bisnis Nazaruddin, Cari-cari Kesalahan Lalu Jadi Pahlawan  

 Bendahara Umum Partai Demokrat (PD) M Nazaruddin seolah memiliki uang yang begitu melimpah ruah. Contoh kecilnya saja, ia disebut Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Mahfud MD memberi uang 120 ribu dollar Singapura kepada Sekjen MK Janedjri M Gaffar. Sementara untuk membungkam kasusnya ia dikabarkan mengeluarkan uang hingga US$ 5 juta.

Dari mana ia bisa memperoleh uang sebanyak itu? Nazar memang memiliki sejumlah perusahaan yang menghasilkan banyak uang. Daniel Sinambela dan mantan partner Nazar membeberkan gaya bisnis Bendum PD itu sehingga bisa menetaskan uang hingga triliunan.

Daniel yang adalah suami penyanyi Joy Tobing, kini meringkuk di ruangan berukuran 3x2 meter di LP Cipinang. Di ruangan itu, sejak 18 Mei lalu, Daniel menunggu hari-hari menjelang persidangan kasusnya. Daniel ditahan setelah dilaporkan Nazar.

Daniel sempat menjadi mitra bisnis Nazar. Tapi belakangan ia dituduh Nazar telah melakukan penipuan dalam pengadaan batubara ke PLN Januari 2011.

Pengacara Daniel adalah Kamaruddin Simanjuntak, mantan pengcara Direktur Marketing PT Anak Negeri Mindo Rosalina Manulang, tersangka kasus suap terkait pembangunan Wisma Atlet untuk SEA Games XXVI di Palembang. Rosa inilah yang awalnya membeberkan keterkaitan Nazar dalam kasus suap terhadap Sekretaris Kementerian Pemuda dan Olahraga Wafid Muharam terkait proyek Wisma Atlet. Belakangan Rosa membantah pengakuannya dan memecat Kamarudin dari kuasa hukumnya.

"Saya baru 3 hari di sini (Rutan Cipinang). Saya baru dipindah dari tahanan Polda Metro Rabu kemarin (18/05/2011). Jadi masih jet lag. Selama 3 hari nggak bisa tidur," kata Daniel saat ditemui detikcom.

Daniel mengaku dirinya baru beberapa bulan mengenal Nazar. Sekalipun keduanya sama-sama kader partai binaan Presiden SBY. Daniel sebenarnya merupakan senior Nazar dalam PD. "Saya masuk PD sejak 2004. Dan Nazaruddin baru 2007 gabung di partai. Tapi saya baru mengenalnya Agustus tahun lalu," terang Daniel.

Kisah pertemuan Daniel dan Nazar terjadi pada Agustus 2010. Dalam sebuah acara PD di Jakarta. Dalam acara itu, Sutan Bathoegana, Ketua Bidang Energi DPP PD memperkenalkan Daniel pada Nazar.

Menurut Daniel, kiprah bisnis yang dilakukan Nazar sebenarnya tidak jelas. Sebab yang dia tahu dari teman-temannya di partai, Nazar hanya makelar dalam setiap proyek-proyek pemerintah.

"Kalau ke orang-orang sih dia bilang orang tuanya adalah pengusaha kelapa sawit kesohor di Riau. Tapi yang saya tahu orang tuanya hanya kontraktor biasa saja. Bukan main di kelapa sawit," beber Daniel.

Keterangan Daniel tersebut diamini oleh kolega Nazar yang enggan disebutkan namanya. Menurut sumber tersebut, kiprah bisnis Nazar dimulai sejak 2003. Dengan menggunakan uang milik keluarga besarnya di Medan, Nazar kemudian membuat 4 perusahaan, diantaranya PT Anak Negeri dan PT Anugrah. Perusahaan-perusahaan yang dibuat Nazar itu bergerak di bidang broker.

Meski perusahaan yang dibentuknya tidak jelas apa kegiataanya, tapi proyek yang dipegang Nazar bisa dibilang tidak ada habisnya. Umumnya proyek itu dari pemerintah.

Bagaimana bisa? Sumber detikcom itu kemudian menjelaskan modus Nazar supaya mendapatkan proyek-proyek pemerintah. Salah satu caranya dengan mencari kesalahan panitia pengadaan barang dan jasa di suatu departemen atau instansi. Setelah dibeberkan ke publik, Nazar kemudian seolah-olah tampil menjadi pahlawan dan membantu memberikan bantahan.

Setelah itu, Nazar pun kebagian proyek dari instansi tersebut. "Pola-pola itulah yang sering dilakukan Nazaruddin dalam mendapatkan proyek-proyek pemerintah," jelas sumber itu.

Sumber itu kemudian menambahkan, dalam tahun ini saja proyek-proyek milik pemerintah yang diorganisir Nazar mencapai Rp 48 triliun di tahun 2011. Nilai proyek yang paling besar didapat dari pengadaan alkes yang nilainya mencapai Rp 28 triliun.

Masih kata sumber tersebut, proyek yang ditanganinya semakin banyak dan nilainya semakin besar yang dijalankan Nazar seiiring dengan posisinya di PD yang makin moncer.

"Sejak dia masuk PD dan menjadi orang penting di sana, proyeknya jadi semakin banyak. Dia bilang ke saya nilainya mencapai Rp 48 triliun. Kalau dia dapat fee 10 persen saja bisa dibayangkan berapa yang akan dia dapat," ujar si sumber.

Sumber itu kemudian menyarankan detikcom untuk menanyakan kepada Tridianto, bekas staf Nazaruddin yang sekarang jadi Ketua DPC PD Cilacap, Jateng. Menurutnya, Tridianto tahu banyak soal kiprah bisnis Nazar.

Namun saat ditelepon, Tridianto menolak untuk memberikan keterangan lebih detail. Alasannya tidak enak dengan petinggi PD. Namun dirinya mengakui pernah menjadi staf Nazaruddin selama 1,5 tahun.

"Iya saya pernah menjadi stafnya Pak Nazar. Jadi saya tahu banyak tentang kegiatan Pak Nazar. Tapi saya saat ini tidak mau bicara dulu. Kecuali Ketua Umum PD memanggil saya untuk minta penjelasan," terang Tridianto.

Dijelaskan Tridianto, sebelumnya Ketua Komisi III DPR Benny K Harman juga pernah menelepon dirinya. Tapi tidak mau ditanggapi lantaran takut salah omong.
Nazar sendiri hingga kini belum bisa dikonfirmasi soal bisnisnya. Beberapa kali dihubungi, ia masih menolak bicara.




Tidak ada komentar: