Photobucket Photobucket Photobucket Photobucket Photobucket Photobucket Photobucket

Rabu, 02 Februari 2011

Akibat Ulah Mak Erot

http://4.bp.blogspot.com/_oQGx3yTv_Ss/TT7w99rcW5I/AAAAAAAAFso/W7qaR1I6mP8/s1600/62050_1414853060478_1507127837_30862567_7970894_n.jpg

Manfaat Spa Vagina (Dicuci, Dipijat, Lalu Diasapi)




Terapi V-spa butuh waktu kurang lebih 2-3 jam. Tidak hanya organ intim yang dimanja, melainkan hampir seluruh tubuh. Bagaimanakah urutan terapi ini? Mari kita perhatikan:

1. Konsultasi

Setiap perawatan dan pemeliharaan kesehatan tentu butuh analisis lebih dahulu. Konsultasi awal dengan ahli penting dijalankan untuk mengetahui secara umum kondisi si wanita. Salah satunya untuk melihat apakah ada penyakit tertentu yang terkait dengan organ intim. Pada tahap ini segala masalah dan keinginan peserta terapi bisa disampaikan. Lalu terapis akan memberikan pengarahan tentang teknis perawatan dan manfaatnya.

2. Vulva Hygiene

Sebelum terapi dijalankan, kebersihan bagian intim menjadi fokus yang pertama. Perawatan dimulai dengan membersihkan vulva vagina dari kotoran dengan air hangat yang mengandung herbal wash dan minyak aromatik.

3. V-Scrubing

Selanjutnya daerah sekitar organ intim seperti lipatan paha, area perut, dan pantat serta daerah yang kulitnya cenderung lebih gelap seperti daerah ketiak dan payudara, digosok dengan scrub berbahan rempah semisal cendana, akar wangi, dan mawar. Scrub ini bermanfaat untuk mengangkat sel kulit mati, mencerahkan dan menghaluskan kulit.

4. Pijat bioenergi

Biar tubuh rileks, peredaran darah lancar, stamina tubuh dan vagina meningkat, perawatan dilanjutkan dengan pijat terapi aroma. Pemijatan dengan teknik bioenergi ini dilakukan pada seluruh tubuh, terutama otot-otot dasar panggul.

5. Guci Bathing

Selesai pijat, dilanjutkan berendam dalam guci besar berisi air hangat yang ditetesi minyak esensial. Sambil berendam, peserta terapi dibimbing untuk melakukan meditasi gerak. Gerakan-gerakan itu berupa kontraksi untuk mengencangkan otot dasar panggul, pinggang, paha dalam, paha luar, lutut, kaki, dan otot vagina. Langkah-langkah ini dilakukan dengan mengatur napas sambil merasakan benar-benar kenyamanan di seluruh tubuh. Dalam hal ini konsentrasi, olah rasa, dan napas berjalan seiring.

6. V-Steam (penguapan)

Untuk merilekskan, melancarkan aliran darah di sekitar vagina, dan meluruhkan lendir berlebih pada vagina, dilakukan steam vagina. V-Steam dijalani dalam posisi duduk dan kaki terbuka tebar. Lalu daerah sekitar organ intim diberi uap hangat (steam) yang berasal dari ramuan herbal dan minyak esensial.

7. V-Compress

Untuk melengkapinya, dalam keadaan hangat, ramuan herbal yang telah dikemas seperti tea-bag, dikompreskan pada vagina dan sekitarnya. Fungsinya sebagai tonik atau penguat untuk meningkatkan stamina vagina, antiinfeksi, serta mengurangi peradangan atau nyeri, jika ada.

8. V-fogging (pengasapan)

Pengasapan dilakukan dengan membakar rempah dari akar hitam, akar wangi, dan cendana yang dipanaskan dalam vaporizer. Langkah ini bermanfaat meningkatkan stamina vagina, sebagai antiseptik dan menjaga kelembaban vagina.

9. Perawatan dari dalam

Sebagai perawatan dari dalam, disediakan dua macam ramuan alami yang berfungsi untuk meningkatkan stamina, bersifat antiseptik, dan menghangatkan tubuh. Bisa dipilih ramuan Indonesia, misalnya kunyit dan temulawak, atau ramuan China.

Catatan (saya):
Konon para terapist yg "nakal" sering menambah pelayanan dengan plus-plus..
Misalnya memasukkan sesuatu (benda, jari) kedalam vagina pasiennya..
Tak heran banyak pelanggan yg ketagihan..
Dirangkum dari berbagai sumber, termasuk cewek yg sering di Spa.

Selasa, 01 Februari 2011

Kumpulan Website untuk Mengedit Foto Menjadi Cover Majalah

Perjuangan Rakyat Mesir dan Tunisia

 


Kebangkitan perlawanan rakyat di dunia Arab, mula-mula di Tunisia,
kemudian di Aljazair, dan sekarang ini di Mesir, adalah pembenaran yang
seadil-adilnya atas keinginan rakyat di negeri tersebut untuk
menghapuskan rejim korup, anti-demokrasi, dan sekaligus boneka
imperialisme AS-Israel.

Revolusi Arab tahun 1924, sering disebut revolusi Arab pertama, yang
dipimpin oleh Sharif Hussein bin Ali, berhasil memerdekakan Arab dari
kekaisaran Ottoman. Akan tetapi, pemberontakan besar itu terkooptasi
oleh Inggris dan Perancis. Pasca 1945, meskipun kebanyakan negara Arab
itu sudah merdeka dan menjadi anggota PBB, tetapi mereka sangat
dikendalikan dari luar, terutama AS, selaku pengganti Inggris.

Ketika Gamal Abdul Nasser berkuasa setelah revolusi Mesir di tahun 1952,
ia segera mengambil jarak dengan negeri-negeri imperialis dan mengambil
sejumlah langkah-langkah radikal; menasionalisasi terusan suez,
mengambil-alih sejumlah bank dan perusahaan asing, dan menjalankan
reformasi agraria. Negara-negara imperialis merasa sangat terancam
dengan sosialisme Arab ala Nasser ini, bukan saja karena telah
mengganggu kepentingan ekonominya, tetapi juga takut jikalau Nasser ini
menjadi inspirasi bagi negara-negara Arab lainnya. Karena itu, AS,
Inggris, Perancis, dan Israel kemudian melancarkan perang dan merancang
berbagai kudeta untuk menjatuhkan Nasser dan pemerintahan-pemerintahan
nasionalis Arab yang mengikutinya, termasuk Mohammad Mosaddegh di Iran.

Adalah sangat menarik, dan tentu saja ini bukan kebetulan, bahwa
rejim-rejim yang digulingkan rakyat hari adalah rejim-rejim boneka. Dan,
jauh lebih menarik lagi, bahwa rejim-rejim boneka tersebut sangatlah
anti-demokrasi. Tentang mengapa rejim diktator bisa menganut liberalisme
ekonomi, kita tentu ingat perkataan ideolog besar neoliberal, Milton
Friedman, yang berkata: "Seorang diktator dapat saja berkuasa secara
liberal, sama mungkinnya seperti demokrasi tanpa liberalisme. Preferensi
personal saya adalah memilih sebuah kediktatoran liberal ketimbang
pemerintahan demokratis tanpa liberalisme."

Seperti juga rejim Soeharto di Indonesia, baik Ben Ali di Tunisia maupun
Hosni Mobarak di Mesir, keduanya mendapatkan sokongan penuh dari barat.
Jika Tunisia sangat dekat dengan Perancis, maka Mesir justru sangat
berangkulan dengan AS. Pada awalnya, Ben Ali disanjung-sanjung sebagai
"diktator yang tercerahkan", terutama karena prestasinya membuka
pintu ekonomi bagi investasi barat. Melalui sejumlah reformasi ekonomi,
yang didasarkan atas petunjuk IMF, Ben Ali berhasil mengangkat PDB
Tunisia dari $1.206 pada 1986 menjadi US$3.786 pada 2008. Namun, dalam
waktu sekejap, sebagaimana kasus Indonesia di bawah Soeharto yang dipuji
sebagai "macan Asia", semua itu seperti menguap saat pemerintah
gagal mengontrol kenaikan harga bahan makanan, pengangguran, dan korupsi
yang semakin menggila. Tunisia juga semakin bergantung secara ekonomi
kepada negeri-negeri imperialis di Barat, dimana sekitar 80% pendapatan
nasionalnya diperoleh dari investasi dari perusahaan barat.

Begitu pula dengan Hosni Mubarak di Mesir. Dia adalah sekutu penting
bagi imperialisme AS dan Israel di dunia Arab. Mubarak juga merupakan
penerima dana terbesar kedua dari pinjaman luar negeri AS setelah
Israel. Akibat dari persekutuan keji tersebut, sebagian besar rakyat
Mesir hidup dengan pendapatan di bawah 2 USD/hari. Pada tahun 1991,
sebagai imbalan atas dukungan Mubarak terhadap invasi AS ke Irak, Bush
melobi IMF untuk mengampuni utang Mesir. Deregulasi menyebabkan harga
pangan meningkat pesat, sedang privatisasi telah membuat pengangguran
dan kemiskinan yang cukup parah.

Pendek kata, kebangkitan gerakan rakyat di Mesir dan Tunisia adalah
konsekuensi langsung dari kontradiksi internal yang meruncing, yaitu
tuntutan demokrasi melawan kediktatoran, perjuangan melawan rejim korup,
sekaligus perjuangan rakyat atau perjuangan nasional melawan
imperialisme dan bonekanya.

Meskipun demikian, kita juga tidak bisa menafikan pengaruh krisis global
saat ini, dimana negeri-negeri imperialis sedang berjuang
sekeras-kerasnya untuk menghapuskan segala penghalang kepentingan
pasarnya di dunia ketiga. Tidak bisa dinafikan pula, sebagaimana
diterangkan oleh ekonom progressif Kanada, Michel Chossudovsky, bahwa
ada campur tangan imperialisme AS untuk menghapuskan rejim Hosni Mubarak
di Mesir.

Akan tetapi, sebagaimana diyakini oleh Michel Chossudovsky, kepentingan
AS adalah mengganti "rejim boneka dengan boneka yang lain".
Mungkin seperti Indonesia, kendati Soeharto pro kepada imperialisme,
tetapi imperialisme membutuhkan reformasi politik untuk memunculkan
boneka yang lain. Jika boneka sebelumnya didudukkan melalui
kudeta-kudeta, maka boneka-boneka yang baru didudukkan melalui pemilu.

Oleh karena itu, rakyat mesir dan Tunisia harus mengambil pelajaran dari
perjuangan rakyat Indonesia menggulingan rejim Soeharto pada tahun 1998.
Gerakan Rakyat di Mesir dan Tunisia tidak boleh memberikan kepemimpinan
politik kepada politisi boneka yang baru, tetapi harus membangun
pemerintahan persatuan nasional yang berkarakter mandiri dan berdaulat.

Dengan adanya sedikit kesamaan antara perjuangan rakyat di Mesir dan
Tunisia dengan perjuangan rayat Indonesia pada tahun 1998, yaitu
sama-sama melawan kediktatoran, memperjuangkan demokrasi, dan melawan
korupsi, maka gerakan rakyat di Mesir dan Tunisia bisa mengambil
pelajaran dari Indonesia untuk membuat lompatan kualitatif yang lebih
maju dan progressif. Untuk itu, gerakan rakyat di Mesir dan Tunisia
harus diberikan kepemimpinan politik, tapi bukan oleh segelintir elit
reformis, melainkan persatuan seluruh kekuatan oposisi.

Dan, kepada rakyat Indonesia yang sedang hebat-hebatnya berjuang melawan
imperialisme, sangat penting untuk memberikan solidaritas dan dukungan
kepada rakyat di Mesir, Tunisia, Aljasair, Yordania, dan tempat-tempat
lainnya, terutama untuk sama-sama menyatakan penentangan terhadap campur
tangan imperialisme AS di negeri-negeri tersebut.

Gerakan rakyat di Indonesia bukan saja penting menggelar aksi di kedubes
negeri-negeri yang gerakan rakyatnya sedang bangkit, tetapi juga harus
mengarahkan aksinya ke kedubes negeri-negeri imperialis, khususnya AS,
untuk memaksa mereka keluar dan tidak campur tangan dengan persoalan
nasional di negeri lain.