Photobucket Photobucket Photobucket Photobucket Photobucket Photobucket Photobucket

Rabu, 24 Agustus 2011

Anak Pendeta yang Hijrah ke Islam karena Ras


Patricia Salahuddin, Anak Pendeta yang Hijrah ke Islam karena RasJakarta - Sebagai anak seorang pendeta Afro-Amerika, Patricia Salahuddin mengerti betul mengenai agama yang diajarkan oleh ayahnya. Namun ketika beranjak dewasa, pengajar di Sekolah Arsitektur Desain di Miami, Amerika Serikat, tertarik dengan ajaran Islam.

Pada tahun 1972, perempuan asli Starkville, Mississippi ini bergabung dengan sebuah komunitas Islam, Nation of Islam. Ketika pendirinya, Elijah Muhammad meninggal, ia dan sebagian besar gerakan mulai semakin hanyut terhadap ajaran Islam.

Mereka pun mempelajari Islam secara ortodoks. Mereka semakin banyak
membaca dan belajar tentang Islam.

Lalu apa alasan Patricia ini menjadi seorang Muslim?

"Orang kulit berwarna di Amerika diperlakukan sebagai warga kelas dua. Nation of Islam menawarkan cara yang berbeda melihat diri sendiri, sebagai orang yang memiliki nilai dan martabat. Itu menarik bagi saya," kata Patricia seperti dikutip dari WhoTV, Kamis (18/8/2011).

Menurutnya Islam telah mengubah setiap aspek hidupnya. Termasuk mengubah bagaimana pandangan melihat orang lain, melihat dunia dan tujuan hidupnya.

"Bagaimana saya berurusan dengan mahasiswa saya dan anak-anak, bagaimana saya menghadapi tantangan. Islam telah memberi saya cara menangani kesulitan dan kesuksesan. Ini telah memberi saya jalan untuk tumbuh dan belajar," ujarnya.

Pada bulan Ramadan kali ini, Patricia memperkuat tekad hubungannya dengan Allah serta memberi kesempatan bagi dirinya sendiri.

"Saya menetapkan tujuan. Kadang-kadang saya ingin menghafal bagian dari Al Qur'an. Pergi salat tarawih di malam hari sesering yang saya bisa. Fokus pada mengingat Allah. Sekarang tujuan kita adalah untuk memenuhi kewajiban kita kepada Allah. Sekarang kita orang yang lebih baik, melayani sesama kita," tutur Patricia.

Patricia mengaku keyakinannya tidak menggangu hubungannya dengan keluarga dan kawan-kawannya. Bahkan meski ayahnya pendeta dan beberapa anggota keluarganya adalah orang Yahudi, tapi mereka masih akrab.

"Teman-teman saya sangat mendukung. Teman adalah orang-orang yang mendukung Anda untuk apa yang Anda yakini. Kita mungkin tidak pergi ke gedung yang sama, tetapi karena iman kita difokuskan pada menyenangkan Allah, kita bersaudara. Ini didasarkan pada rasa hormat dan cinta kepada Tuhan," ucapnya.

Menurutnya, tak perlu menjelaskan keras kepada orang-orang yang tak paham dengan agama Islam. Cukup dengan saling menghormati dan penuh toleransi, hubungan baik itu bisa terus dijaga.

"Ketika orang tidak dididik untuk fakta-fakta, orang akan menilai Anda dengan apa yang ada di otak mereka. Ketika ada kesempatan untuk menjelaskan, Anda mendidik dan menginformasikan. Bila tidak ada, apa lagi yang bisa Anda lakukan?," imbuh Patricia.


Tidak ada komentar: