Photobucket Photobucket Photobucket Photobucket Photobucket Photobucket Photobucket

Senin, 05 September 2011

Anak yang Tinggal dengan Perokok Sering Tak Masuk Sekolah



img
(Foto: thinkstock)
Jakarta, Anak-anak yang tinggal di rumah dengan asap tembakau lebih sering tidak masuk sekolah daripada anak-anak yang tinggal di rumah tanpa asap rokok. Anak-anak ini tidak sekolah karena sakit akibat paparan asap rokok alias efek dari menjadi perokok pasif.

Penyakit yang sering dialami anak-anak ini hingga sering tak masuk sekolah akibat serumah dengan perokok adalah penyakit pernapasan, infeksi telinga dan dada serta penyakit lainnya.

Laporan yang disusun oleh peneliti Massachusetts General Hospital (MGH) menemukan bahwa anak-anak memiliki tingkat kerentanan penyakit pernapasan yang tinggi disebabkan perannya sebagai perokok pasif serta beban masalah ekonomi ikut meningkatkan resiko absensi mereka. Penelitian ini dipublikasikan secara online jurnal Pediatrics seperti dilansir darimedicalexpress.com, Selasa (6/9/2011).

"Di antara anak-anak berusia 6 sampai 11 tahun yang tinggal dengan perokok, seperempat sampai sepertiga di antara mereka tidak masuk sekolah karena dampak merokok di dalam rumah tangga," kata Douglas Levy, PhD dari Mongan Institute for Health Policy di MGH sekaligus penulis utama penelitian ini.

Para peneliti mencatat bahwa sepertiga anak-anak di AS hidup bersama setidaknya satu orang perokok. Lebih dari setengah di antaranya yang berusia 3 sampai 11 tahun terdeteksi paparan tembakau dalam darahnya.

Anak-anak yang menjadi perokok pasif terbukti berisiko tinggi mengalami infeksi telinga dan beberapa gangguan pernafasan, dan ketidakhadiran di sekolah juga dijadikan ukuran terjangkitnya penyakitserius pada anak.

Penelitian sebelumnya mengenai hubungan antara hari masuk sekolah dan merokok dalam rumah tangga berfokus pada populasi lokal dan tidak mengevaluasi keparahan dampak masalah itu. Tim MGH menganalisis data dari penelitian National Health Interview tahun 2005, sebuah survei tahunan pada rumah tangga yang representatif secara nasional di AS.

Dari 3.087 anak yang dianalisis, lebih dari 14 persen di antara mereka tinggal di rumah bersama setidaknya satu orang perokok dengan rincian 8 persen tinggal bersama satu orang perokok dan 6 persen dengan dua atau lebih perokok.

Anak-anak yang tinggal dengan satu orang perokok rata-rata tidak masuk sekolah 1,06 hari lebih banyak dibandingkan anak yang tinggal di rumah tanpa perokok. Sedangkan mereka yang hidup dengan dua atau lebih perokok tidak masuk sekolah 1,54 hari lebih banyak.

Penyakit yang berhubungan dengan paparan asap rokok (seperti infeksi telinga dan dada) menyumbang 24 persen ketidakhadiran sekolah pada anak-anak yang tinggal di rumah dengan satu orang perokok dan 34 persen bagi mereka yang tinggal dengan setidaknya dua orang perokok. Rumah tangga perokok tidak meningkatkan penyakit pencernaan namun berhubungan dengan diagnosis atau serangan asma.

Para peneliti juga menghitung biaya potensial terkait dengan perawatan anak-anak yang tidak masuk sekolah akibat paparan asap rokok. Biaya yang dihitung termasuk pendapatan orang tua yang hilang, biaya majikan yang kehilangan pekerja, dan ketidak mampuan pengasuh tidak bekerja di luar rumah untuk mengurus tugas rumah tangga.

"Dampak keseluruhan secara nasional adalah sebesar 227 juta dolar AS dengan 2,6 juta anak yang hidup dengan perokok. Karena hampir separuh dari rumah tangga perokok dalam penelitian memiliki pendapatan rendah, dampak terbesar yang mungkin dalam rumah tangga adalah tidak mampu membiayainya," kata Levy yang juga asisten profesor Kedokteran di Harvard Medical School.




Tidak ada komentar: