Photobucket Photobucket Photobucket Photobucket Photobucket Photobucket Photobucket

Selasa, 11 Oktober 2011

Buku zaman SD "INI BUDI" ....inilah sang penulisnya


Siti rahmani Rauf, Penulis Buku Paket Bacaan SD yang Inpiratif

1294249891904171263
Namanya Siti Rahmani Rauf. Lahir di Padang pada 5 Juni 1919. Teman-teman seangkatan beliau biasa memanggilnyaani. Mantan kepala sekolah tanah abang 5 Jakarta Pusat ini terkenal dengan karyanya yang berupa buku pelajaran bahasa Indonesia di tingkat sekolah dasar (SD). Khususnya untuk murid-murid SD kelas 1 s.d. 3. Berkat buku yang diciptakan itulah nama beliau dikenal luas oleh mereka yang pernah mengenyam pendidikan SD di era tahun 1980-an dari seluruh Indonesia.
Hari ini saya sungguh senang luar biasa. Bukan karena apa-apa, tetapi karena saya telah bertemu muka dengan penulis buku Bahasa Indonesia itu. Saya pernah menggunakan buku karya ibu any itu ketika saya masih duduk di bangku SD. Saya masih ingat, lewat buku beliaulah saya dapat membaca.
Bacaan yang masih saya ingat hingga saat ini adalah ini budi. Ini ibu budi. Ibu budi pergi ke pasar. Semua teks itu dilengkapi dengan gambar-gambar visual yang membuat saya menjadi lebih memahami isi buku itu. Sayapun pandai membaca tanpa harus mengeja.
1294250450701841585
Di hari luar biasa ini, saya menemui beliau di rumah sakit PELNI Petamburan Tanah Abang Jakarta Pusat. Saya banyak memperoleh informasi seputar lahirnya buku bacaan yang bernilai sejarah itu. Ditemani oleh anak-anak beliau di kamar 3 Paviliun Teratai, saya mewawancarai beliau dengan penuh antusias. Nampak jelas semangat beliau yang tak pernah padam dalam memajukan dunia pendidikan di tanah air. Beliau tak pernah berhenti menulis demi kemajuan anak bangsa.
Bagi saya, beliau adalah seorang guru kreatif, dan inspiratif yang amat langka dimiliki bangsa kita. Keterampilannya dalam menulis sungguh luar biasa. Semua itu beliau ceritakan kepada saya, ketika saya menjenguk beliau hari Rabu, 5 Januari 2011. Tentu itu semua berkat jasa dari sahabat saya, bapak Deddy Rochmawan yang telah mewawancarai beliau sebelumnya dari Jambi melalui telepon. Beliau telah menceritakannya di sini klik.
Pemenang sayembara cerpen majalah femina ini, menjelaskan pula rahasia umur panjangnya. Rahasianya cuma banyak menonton film layar lebar, senang berjalan kaki, hobi membaca buku, dan senang menulis. Begitu kata ibu ani yang dengan penuh antusias menceritakan pengalamannya meskipun dalam keadaan berbaring di tempat tidur.
Di usia yang hampir menginjak umur 92 tahun, beliau masih nampak segar. Hanya saja kakinya masih sakit akibat terjatuh di rumah tempo hari. Menurut anak pertamanya ( ibu Upi), hari itu beliau sangat senang sekali karena ada tamu yang akan datang ke rumahnya. Beiau sangat senang sekali kalau ada orang yang mau mendengarkan pengalamannya dulu ketika menjadi guru.
Ketika saya menghubungi beliau melalui telepon malam hari, kita sepakat untuk bertemu besok sore di rumahnya. Rupanya, beliau sudah memasak rendang untuk menjamu saya. Namun sayang, beliau terjatuh di rumah, dan terpaksalah harus dirawat di RS. Pelni Jakarta. Tempat dirawatnya om saya (adik almarhum ayah) yang baru saja dioperasi bagian perutnya kemarin.  Om oi, panggilan adik ayah itu secara kebetulan juga dirawat di sana. Jadilah saya sambil menyelam minum air. Sekali mendayung dua tiga pulau terlampaui. Sambil menjenguk ibu Ani, saya pun menjenguk Om oi. Allahu Akbar! Sungguh sebuah kebetulan yang telah direkayasa oleh Allah, Tuhan pemilik langit dan bumi.
Berbicara panjang dengan ibu Siti Rahmani Rauf yang jago menulis, melukis, menjahit, dan menggambar ini membuat saya termotivasi untuk menjadi guru yang luar biasa seperti beliau. Ibu ani mengatakan bahwa lulusan SMA sekarang ini kalah jauh kualitasnya dengan lulusan Sekolah Rakyat (SR) dulu. Makanya beliau agak gemes dengan mutu lulusan sekolah saat ini.
Ibu dari 9 anak ini (2 sudah meninggal), memulai karir mengajarnya dari jaman Belanda. Beliau sangat fasih sekali dalam berbahasa Belanda. Oleh karenanya sampai saat ini beliau agak cadel kalau berbicara. Mirip mantan presiden Habibie yang sangat sulit menyebut huruf R.
Beliau pernah menangis, dan turun dari podium ketika dikatai cadel oleh anak didiknya. Pengalaman yang menyedihkan itulah yang beliau sampaikan dengan penuh canda tawa. sampai saat ini beliau agak malu bila diminta tampil ke podium untuk berbicara.
Beliau mengatakan bahwa penulis saat ini tidaklah seperti dulu yang pandai merangkai kata-kata menjadi kalimat yang berbunga-bunga, cantik, dan menarik. Contoh buku hasil karya mereka adalah salah asuhan, siti nurbaya, di bawah lindungan ka’bah dan lain-lain.
Mantan guru di jaman Belanda yang bergaji 25 gulden Belanda ini baru diangkat menjadi guru pemerintah (PNS saat ini) pada tahun 1937. Beliau pensiun sebagai mantan kepala sekolah SDN Tanah Abang 5 pada tahun 1976.
Beliau juga bercerita kalau mantan murid-muridnya banyak yang menjadi orang. Ada yang menjadi dokter, dan ada juga yang hanya menjadi supir angkot.
Suatu ketika, ada seorang mantan muridnya yang menjadi sopir angkot. Ketika hendak membayar, sopir angkot itu menolaknya. Katanya dia mantan murid ibu ani. Begitulah beliau bercerita sambil sesekali membetulkan selang infuse yang ada di pergelangan tangan kanannya.
Beliau menyarankan kepada saya untuk mengarang novel-novel keislaman. Sebab masih sangat jarang penulis yang membuat novel-novel tentang keislaman menurut beliau. Itu adalah sebuah peluang yang bagus saat ini, dan pasti akan banyak pembacanya.
Ibu Ani pun menceritakan, Ide membuat buku paket bahasa Indonesia berangkat dari kegelisahan ibu Ani terhadap metode pembalajaran yang ada. Pada saat upgrading guru-guru, dan kepala sekolah oleh penilik sekolah, penggunaan system ejaan dalam pelajaran bahasa Indonesia belum menggunakan system Analisa Sintesa (SAS). Oleh karena itu beliau memiliki ide untuk membuat buku pelajaran belajar membaca yang berbeda dari yang ada. Ide beliau itu beliau tulis tangan lengkap dengan visualisasi gambar, dan beliau kirimkan kepada penerbit pemerintah di bawah naungan pendidikan dan kebudayaan sekitar tahun 1980-an.
Ternyata buku yang beliau susun sangat digemari oleh para guru pada saat itu. Banyak guru memakai buku itu untuk mengajarkan membaca kepada para murid SD, sehingga buku karya beliau dicetak dalam jumlah banyak dan tersebar ke seluruh daerah yang ada di Indonesia. Beliaupun mendapatkan hadiah berupa Ongkos Naik Haji (ONH) dari penerbit di tahun 1986.
1294251007682052684
Dibantu oleh anaknya (ibu Erni) yang juga menjadi guru SD, beliau mensosialisasikan buku karyanya itu ke berbagai daerah. Jadilah duet anak dan ibu itu menginspirasi guru lainnya dalam pelajaran membaca.
Menurut ibu Erni anak beliau yang kini menjadi guru di SDN Pulogebang 04 pagi selama 32 tahun, di bawah pimpinan pak Khudori (Kepala Dinas pendidikan saat itu) buku karya ibu ani menyebar ke ribuan sekolah yang ada di Indonesia. Buku Panduan Bahasa Indonesia yang memuat tokoh Budi dan keluarganya menjadi bahan bacaan wajib anak SD pada saat itu.
Bercerita tentang suaminya, almarhum suami ibu ani adalah seorang pengusaha kapal laut beringin yang sering pulang pergi ke Singapura. Menurut keterangan anaknya, pak Rauf meninggal di tahun 1990.
Ibu ani juga bercerita bagaimana bersama suaminya ia merantau ke Jakarta di tahun 1954 dengan membawa peralatan seadanya. Hatinya sudah bulat untuk merantau mengikuti suaminya yang bekerja di kota Jakarta. Sebelumnya, beliau tinggal di Jambi dari tahun 1951 s.d. 1954.
1294251256394765624
Senang sekali bisa mendengarkan cerita beliau. Namun karena saya dibatasi oleh waktu, dan juga masih harus menengok Om saya (Om Oi adik almarhum ayah) yang juga dirawat di pavilion Kenanga kamar 4, maka saya sudahi pertemuan saya dengan mantan guru, dan kepala sekolah yang sangat luar biasa ini.
Beliau bercerita kalau sampai saat ini masih mendapatkan uang pensiunan guru sejumlah 1, 8 Juta. Wow sebuah jumlah yang cukup besar untuk seorang nenek yang telah memiliki cucu sebanyak 15 orang.
Setelah mewawancarai ibu Siti Rahmani Rauf yang kreatif dan inspiratif ini, saya pun termotivasi untuk bisa seperti beliau.
Sebagai guru di era globalisasi saat ini, tentu saya dituntut untuk lebih baik lagi cara mengajarnya. Harus jauh lebih baik dari ibu Siti Rahmani Rauf yang tidak bisa mengoperasikan komputer, tetapi pandai menulis. Semua karyanya dikirimkan ke penerbit, dan redaksi majalah hanya dengan tulisan tangan saja. Beliau baru bisa mengetik setelah menua, dan itupun dapat menggunakannya dengan dua jari saja. Membuat saya tertawa geli mendengar cerita beliau itu.
Akhirnya banyak pelajaran berharga yang saya ambil dari pertemuan yang luar biasa ini. Saya banyak belajar dari penulis cerpen di ujung penantian ini. Hari ini bagaikan pertemuan murid dengan gurunya. Pertemuan generasi tua dengan generasi muda. Pertemuan guru tua dengan guru muda yang begitu menggoda. Semoga saya bisa meneruskan cita-cita beliau untuk menjadi guru yang kreatif dan inspiratif.  Mohon doanya!.
Salam Blogger Persahabatan
Omjay

http://www.wijayalabs.com/2011/01/07/siti-rahmani-rauf-penulis-buku-paket-bacaan-sd-yang-inpiratif/

1 komentar:

Anonim mengatakan...

Tulisan yang informatif. Boleh tau kontak/alamat lengkap Ibu Siti saat ini? Terimakasih.