Photobucket Photobucket Photobucket Photobucket Photobucket Photobucket Photobucket

Kamis, 19 Januari 2012

JK: Konversi BBM ke BBG Bisa Kacau





 Mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) pesimistis dengan program konversi BBM ke BBG yang didorong oleh pemerintah. Program ini bakal membuat kekacauan.

Hal ini disampaikan JK dalam acara Silaturahmi Tokoh Bangsa di Gedung Pusat Dakwah PP Muhammadiyah, Menteng, Jakarta, Kamis (19/1/2012).

"Itu (konversi BBM ke BBG) perlu persiapan yang baik. Kalau cuma ngomong-ngomong dan ingin diwujudkan 1 April bisa kacau," kata JK.

Penggagas program konversi minyak tanah ke elpiji 3 Kg ini mengatakan, program konversi BBM ke BBG tidak sama dengan program konversi minyak tanah ke elpiji 3 kg.

"Kalau konversi mobil kan bergerak. Beda kalau minyak tanah kita konversi di satu kota/provinsi itu dia nggak keluar-keluar, tetap di situ, ya kita bikin fasilitas di situ saja. Sementara kalau mobil itu kan ke Bandung, Semarang, Bogor. Kalau di sana tidak ada fasilitas bagaimana, kalau habis bagaimana dapat gasnya," tutur JK.

Dikatakan JK, program konversi BBM ke BBG ini bisa membuat kekacauan karena persediaan BBG tidak banyak seperti BBM yang ada di tiap SPBU. Karena itu persiapan harus dilakukan secara benar, terutama untuk infrastrukturnya.

Sebelumnya, Presiden SBY meminta jajarannya untuk segera memuluskan program konversi BBM ke BBG untuk mengurangi ketergantungan terhadap BBM yang biayanya besar.

Program pembatasan BBM bersubsidi rencananya akan diterapkan mulai 1 April di Jawa-Bali. Pemerintah mengimbau pengguna mobil menggunakan BBG karena lebih murah harganya ketimbang pertamax.

Saat ini harga BBG jenis liquid gas for vehicle (LGV) berkisar Rp 5.600 per liter setara premium, sedangkan pertamax sudah tembus Rp 8.000 per liter.

Soal pembatasan konsumsi BBM bersubsidi ini pemerintah kembali menghadapi hadangan di DPR. Karena Komisi VII DPR tidak menyetujui rencana tersebut.

Menteri Keuangan Agus Marto berharap rencana itu lebih cepat dilaksanakan lebih baik karena saat ini harga minyak mentah dunia sangat tinggi sehingga menambah beban subsidi APBN.

Tidak ada komentar: