Photobucket Photobucket Photobucket Photobucket Photobucket Photobucket Photobucket

Rabu, 18 Juli 2012

Akhirnya Ketemu Kelemahan dan Kegagalan Jokowi


akhirnya-ketemu-kelemahan-dan-kegagalan-jokowi
Untuk kita ketahui, JokoWi terpilih menjadi walikota Solo pada periode kedua dengan rekor Muri untuk tingkat kemenangan tertinggi di Indonesia. Faktor utamanya adalah kepercayaan masyarakat bahwa JokoWi tidak mengambil keuntungan diri sendiri dengan menjadi pejabat publik. 


Dalam beberapa pemberitaan saya juga tau kalau JokoWi tidak pernah mengambil gajinya selama menjabat sebagai walikota Solo. Saya lalu tertantang untuk mencari berita atau pernyataan apakah JokoWi juga membuat pernyataan yang sama untuk pilkada DKI dan menyatakan tidak mau mengambil gajinya sebagai gubernur jika terpilih? 


Saat browsing tanpa sengaja saya malah menemukan video dengan judulnya yang membuat penasaran. Anda harus lihat videonya, dari judulnya saja sudah membuat gatal untuk mengikuti link tersebut. Saya kena sebuah jebakan judul yang tentunya selalu menarik untuk dibaca. Setelah saya tonton video tersebut, menurut saya sangat menarik dan layak untuk dipertontonkan di TV nasional. 


Berikut adalah penjelasan sang pengunggah video seputar Kelemahan dan kegagalan JokoWi...


Beberapa kegagalan Jokowi (Joko Widodo) saat menjabat sebagai walikota Solo terutama sekali adalah sikap bodoh karena tidak pernah mengambil gaji. Ini dinilai sebagai kegagalan dalam mensejahterakan keluarga dan mendzolimi diri sendiri.

Tidak adanya kesempatan untuk memberikan sedikit tips / hadiah dalam bentuk materi walaupun itu adalah upaya kerjasama demi rasa saling menguntungkan antara pihak investor dan pendapatan sampingan bagi Jokowi demi keluarganya adalah konyol dan sangat tidak lazim, dan dinilai tidak bisa memanfaatkan posisi jabatan sebagai walikota, yang seharusnya bisa mendapat berbagai keuntungan demi berbagai ‘kepentingan’ bersama.

Dibatasinya investor untuk mendirikan Mall-mall dan lebih mementingkan pasar-pasar tradisional yang cenderung mementingkan orang-orang melarat dan kumuh. Seringkali secara diam-diam membawa palu godam ke lapangan untuk mengecek langsung kualitas beton pada pembangunan-pembangunan gedung/pasar yang seharusnya itu tidak perlu dilakukan, karena bisa dengan menunggu laporan dari pihak pelaksana. Hal semacam ini bisa dikategorikan sebagai “buang-buang energi” karena tidak ada gaji tambahan untuk itu.

Tidak adanya kata ampun bagi para koruptor dan para pegawai yang tidak mau masuk pada system pemerintahannya (yang cenderung dituntut bekerja cepat), merupakan tindakan yang bisa dikategorikan sebagai diktator dan tidak manusiawi, karena bagaimanapun juga koruptor adalah juga manusia yang harus kita hormati.

Terlalu rajin mengontrol di lapangan secara langsung juga dinilai sangat kejam, karena sama sekali tidak memberikan kesempatan mark up untuk proyek-proyek pembangunan yang seharusnya bisa memberi keuntungan lebih dan upah sampingan bagi pihak/instansi terkait sebagai pelaksana.

Terlalu mementingkan kalangan menengah ke bawah, sehingga seringkali kebijakannya tidak memberikan keuntungan yang sebesar-besarnya bagi para pengusaha besar, terutama pengembang mega mall. Seharusnya yang miskin biarlah miskin dan tidak usah diberi berbagai fasilitas, karena itu sudah menjadi nasib mereka.

Badannya yang kurus karena terlalu sibuk mementingkan rakyat, bisa dikategorikan sebagai orang yang sama sekali tidak bisa memanfaatkan posisi jabatannya yang seharusnya bisa meraup keuntungan yang sebesar-besarnya bagi masa depan sanak keluarganya.

Dengan berbagai kelemahan dan kekurangan diatas, apakah JOKOWI layak menjadi pemimpin …….???


Asli saya bukan tim sukses JokoWi, tapi saya bermimpi untuk punya sosok pemimpin seperti apa yang dilakukan oleh JokoWi. Bahkan dalam sebuahtulisan yang judulnya agak kontroversial (yang akhirnya saya juga tertipu) mengatakan kalau predikat seperti Nabi (nabi-like) itu pantas disandangkan untuk Jokowi. Hal itu karena kampanye esok hari (1/7) JokoWi memindahkan kampanye dari GBK ke Parkir timur gara-gara tidak ingin massa bawaannya merusak “rumput” sebagaimana diberitakan Kompas.


Si penulis juga menjelaskan bahwa seperti Nabi (nabi-like) atau bahasa ilmiahnya adalah insan profetik (prophetic) yang berusaha dengan sekuat tenaga untuk bisa memegang dan mengamalkan ajaran-ajaran Nabi, meski untuk itu seperti memegang bara dalam kepalan tangan, tidak mudah tantangan dan penuh dengan cobaan serta cemoohan.

Sekarang saya mantap menentukan pilihan pada Pilkada jakarta tahun ini...Bagaimana dengan anda??


Tidak ada komentar: